Rabu, 21 September 2016

Berbeda dengan agama lain yang datang ke Indonesia dengan cara penindasan, peperangan dan pemaksaan. Islam masuk ke Indonesia dengan cara perdamaian, para pembawa ajaran agama Islam pada waktu itu dengan sabar dan gigih menjelaskan tentang ajaran Islam pada penduduk setempat. Mereka pun tidak memaksa penduduk setempat untuk memeluk agama Islam. Karena, dalam ajaran islam itu tidak ada paksaan, Para ulama berpegang teguh pada prinsip salah satu ayat Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat 256.
Adapaun cara dan proses masuknya islam di Indonesia melalui beberapa cara, antara lain sebagai berikut.
1. Perdagangan

2. Kultural
3. Pendidikan
4. Kekuasaan Politik
Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia
1. Perkembangan Islam di Sumatera
2. Perkembangan Islam di Jawa
3. Perkembangan Islam di Kalimantan
4. Perkembangan Islam di Maluku
Teori Masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Mekah
2. Teori Gujarat
3. Teori Persia
4. Teori Cina

Islam masuk ke Indonesia salah satunya lewat dengan cara perdagangan. Hal ini bisa terjadi, karena orang-orang Melayu yang ada di Indonesia pada waktu itu berhubungan dengan orang arab dalam hal perdagangan. Mereka sudah sangat dekat antara satu sama lain. Jadi, saat pedagang arab mulai menyebarkan pemahaman agama Islam, para orang melayu pun mudah untuk menerimanya.
Lambat tapi pasti, orang Melayu mulai banyak masuk ajaran Islam. Pengaruh Islam semakin kuat pada waktu itu setelah berdirinya kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Maka makin ramailah para pedangang Arab serta ulama yang datang ke Indonesia. Disamping mereka berdagang untuk mencari keuntungan duniawi, mereka juga sambil berdakwah untuk menambah amal mereka. Berbisnis sambil berdakwah, dunia dapat akhirat juga dapat.
Maksud dengan kultural ini, penyebaran pemahaman Islam di Indonesia menggunakan media kebudayaan. Contohnya yang dilakukan oleh para wali songo di pulau Jawa. Sunan Kali Jaga pada waktu itu berdakwah dengan mengembangkan kesenian wayang kulit, dia mengisi pementasan wayang yang biasanya isinya itu bertema ajaran Hindu, dia ganti dengan ajaran Islam. Kemudian ada juga Sunan Muria berdakwah dengan mengembangkan Gamelannya. Sedangkan Sunan Giri berdakwah dengan cara membuat banyak sekali mainan anak-anak seperti cublak Suweng, Jalungan, Jamuran dan lain sebagainya. Para Sunan ini cerdik sekali, mereka membawa pemahaman ajaran Islam dengan menggunakan bahasa yang sering digunakan oleh kaumnya. Kebetulan pada waktu itu masyarakat Indonesia khususnya Jawa, mereka sangat menyukai kesenian-kesenian itu.
Salah satu cara efketif memasukan pemahaman ajaran Islam pada waktu itu dengan melalui pendidikan, dan pesantren adalah lembaga pendidikan yang paling strategis untuk melakukannya. Kebanyakan para da’i dan mubalig dalam menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Indonesia, mereka it keluaran dari pesantren. Contohnya Datuk Ribandang yang merupakan keluaran dari pesantrn milik Sunan Giri, dia adalah seorang yang mengislamkan kerajaan Gowa Tolla di Kalimantan timur. Selain Datuk Ribandang, banyak santri-santri Sunan Giri yang menyebar ke pulau-pulau yang ada di Indonesia seperti Kangan, Haruku, Madura, Bawean hingga Nusa Tenggara. Sampai saat ini, pesantren masih menjadi strategi yang efektif untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh indonesia.
Penyebaran Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan para Sultan. Contohnya di pulau Jawa, Kesultanan Demak merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung penyebaran agama Islam. Ada juga di pulau Sulawesi yaitu Raja Gowa-Tolla yang menjadi pelindung bagi para da’i menyebarkan ajaran Islam di sana. Para Sultan dan Raja saling berkomunikasi, tolong menolong dalam melindungi perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Kekompakkan para sultan ini juga menjadi cikal bakal lahirnya negara Indonesia.
Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya pemahaman ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di kedua wilayah tersebut masing-masing berdiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Islam Perak dan Samudera Pasai.
Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh masehi atau abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu sahabat nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai pedagang. Mungkin pada waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh para da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.
Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan Perlak. Jalur kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka melakukan ekspedisi ke pulau Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan banyak sekali da’i ke luar pulau Jawa, salah satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu kedatangan para da’i yang berasal dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada waktu itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini menjadi daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari Jawa, Malaka, Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini, menyebabkan perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat. tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440 Islam mulai masuk ke Maluku.
Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam di Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah Kerajaan Ternate dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi dan Pulau Waigio.
Ada beberapa teori masuknya islam ke Indonesia. Berikut teori-teorinya.
Dalam teori ini, dikatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Arab atau Mekah yang berlangsung pada abad pertama tahun hijriyah atau ke 7 M. Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka) adalah tokoh yang memperknalkan teori ini. Beliau merupakan ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Beliau melontarkan pendapatnya ini pada tahun 1958 ketika menyampaikan orasi di Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Beliau menolak seluruh pendapat yang menyatakan bahwa Islam mulai masuk ke Indonesia secara tidak langsung melalui Arab. Beliau bercerita bahan argumentasinya yang dijadikan bahan rujukannnya berasal dari sumber Arab dan sumber lokal Indonesia. Menurutnya, motivasi awal kedatangan bangsa Arab dilandasi oleh motivasi semangat menyebarkan agama Islam, bukan dilandasi faktor ekonomi. Menurut pandangannya pula, jalur perdagangan antara Arab dengan Indonesia suda ada dan brlangsung jauh sebelum tarik masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan penolakan terhadap Teori Gujarat yang dia anggap banyak kelemahannya. Dia malah curiga terhadap penulis teori Gujarat yang berasal dari barat, mereka cenderung memojokkan Islam di Indonesia. HAMKA berpendapat, penulis barat melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan dan meniadakan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang akur dan erat antara mereka dengan bangsa Arab. Dalam pandangannya juga, HAMKA berpendapat sebenarnya orang-orang Islam di Indonesia memeluk islam berkat orang Arab, bukan hanya lewat perdagangan saja. Pandangan dan pendapat HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang dikeluarkan oleh A.H Johns yang menyatakan bahwa para pengembara lah (musafir) yang pertama kali melakukan penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Biasanya kaum sufi mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan perguruan tarekat.
Teori Gujarat berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke 13 M atau abad ke 7 H dan berasal dari Gujarat. Tokoh yang memperkenalkan teori ini kebanyakan sarjana yang berasal dari belanda. Seorang Sarjana belanda yang pertama megeluarkan teori ini bernama J. Pijnapel dari Universitas Leiden. Dalam pandangannya, bangsa Arab yang bermazhab Syafie sudah tinggal di Gijarat dan Malabar sejak awal tahun Hijriyah. Akan tetapi, yang menyebarkan langsung Islam ke Indonesia untuk pertama kalinya itu bukanlah bangsa Arab, melainkan para pedangang Gujarat yang sudah memeluk Islam terlebih dahulu. Para pedagang islam itu berdagang ke arah timur, salah satunya Indonesia. Dalam perkembangannya, teori Gujarat ini diyakini dan disebarkan oleh seorang tokoh terkemuka Belanda, yaitu Snouck Hurgronje. Dalam pendapatnya, Islam lebih dahulu menyebar dan berkembang di kota-kota India. Selanjutnya, orang-orang Gujarat yang lebih dahulu membuka hubungan perdagangan dengan orang Indonesia dibanding pedagang Arab.
Kemudian teori Gujarat juga lebih dikembangkan oleh J.P. Moquetta pada tahun 1912. Dia memberikan alasan dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang meninggal pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau sekitar tahun 1297 M di Pasai, Aceh. Menurut dia, makam Maualan Malik Ibrahim yang meninggal pada tahun 1419 di Gresik dan batu nisam di pasai, semuanya mempunyai bentuk yang sama dengan nisan yang ada di Kambay, Gujarat. Akhirnya Moquetta berpendapat bahwa batu nisan itu adalah hasil impor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh asli orang gujarat yang berada di Indonesia, atau juga orang Indonesia yang sudah belajar kaligrafi khas Gujarat. Argumentasi lainnya yaitu kesamaan mahzab Syafie yang dipercayai oleh orang muslim di Indonesia dan Gujarat.
Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari persia (Sekatang Iran). Seorang sejarawan asal Banten yang bernama Hosein Djajadiningrat adalah pencetus teori ini. Dalam paparannya, dia lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan tradisi dan budaya yang berkembang antara masyarakat Indonesia dan Persia. Budaya dan tradisi itu diantaranya tradisi merayakan tanggal 10 Muharram atau sering disebut hari Asyuro. Hari ini merupakan hari suci kaum syiah yang mayoritas berada di iran. Tradisi ini juga berkembang di daerah Pariaman, Sumatera Barat. Selanjutnya tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang mempunyai banyak kesamaan. Kesamaan lainnya adalah umat Islam di Indonesia banyak yang menganut mazhab Syafie, sama seperti kebanyakan muslim yang ada di Iran. Namun, teori ini oleh banyak orang masih dianggap lemah karena kurang bisa meyakinkan.
Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam untuk pertama kalinya ke Indonesia (Khususnya Jawa) itu berasal dari perantau Cina. Melalui perdagangan, orang cina sudah berhubungan dengan penduduk Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. ketika masa Hindu – Budha, orang-orang cina ini sudah membaur dengan masyarakat Indonesia. Dalam bukunya Arus Cina-Islam Sumanto Al-Qurtuby mengatakan, menurut catatan masa Dinasti Tang pada tahun 618-960 M di daerah Quanzhou, Zhang-zhao, Kanton dan pesisir cina bagian selatan, di sana sudah terdapat sejumlah pemukimaan orang-orang Islam.
Bila dilihat dari beberapa catatan sumber dari dalam Indonesia maupun luar Indonesia, memang teori Cina ini bisa diterima. Dalam beberapa sumber lokal ditulis bahwa raja pertama Islam di jawa, yaitu Raden Patah dari Dmak, adalah seorang keturunan Cina. disebutkan Ibu sang raja berasal dari daerah Campa, yakni Cina bagian selatan (Kini Vietnam). Hal ini diperkuat oleh Hkayat Hasannudin dan Sejarah Banten, dimana nama dan gelar raja-raja demak itu ditulis dengan memakai istilah Cina, seperti “Jin bun”“Cek Ko po“, “Cu-cu’‘, “Cun Ch”, serta “Cek Ban Cun”. Bukti-bukti lainnya bisa dilihat dari masjid-masjid tua yang mengandung nilai arsitektur Tiongkok yang dibangun oleh bangsa Cina di berbagai wilayah di pulau Jawa.
Dari semua teori di atas, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Sampai saat ini, tidak ada yang tau percis teori mana yang memang benar-benar terjadi dan bisa dipercaya 100% kebenarannya.

Selasa, 29 September 2015

.1. Peringkat 16

Italia
Total populasi: 58.4 million
Penduduk Muslim: 825,000 (1.4%)

Background: populasi Muslim beragam, kelompok terbesar datang dari Maroko.
Selebihnya dari Afrika Utara, Asia selatan, Albania, dan Timur Tengah. Kebanyakan mereka datang dari tahun 1980-an dan seterusnya, banyak dari mereka awalnya sebagai mahasiswa.

Pemerintah Italia berusaha menciptakan hubungan yang baik antara negara dan komunitas muslim. Rata-rata angka kelahiran bayi muslim di Italia lebih dari 160.000 jiwa. Banyak penduduk muslim memiliki hak untuk tinggal dan bekerja di Italia, meski bukan warga negara.

2. Peringkat 15
Spanyol
Total populasi: 43.1 juta
Penduduk Muslim: 1 juta (2,3%)

Background: Hampir delapan abad Moor menguasai Spanyol, berakhir pada tahun 1492, memberikan negara itu warisan budaya Islam yang kuat, terutama dalam arsitekturnya. Populasi Muslim modern mulai berdatangan dalam jumlah yang signifikan di tahun 1970-an. Kebanyakan berasal dari Maroko yang datang untuk bekerja di bidang pariwisata dan pertumbuhan berikutnya datang ketika keluarga mereka bergabung dengan mereka.

Negara mengakui Islam dan memberi sejumlah hak istimewa termasuk ajaran Islam di sekolah-sekolah dan hari libur keagamaan. Meski begitu laporan bahwa adanya ketegangan terhadap imigran Muslim tetap terajdi. Tapi yang mengejutkan adalah meletusnya serangan teroris pada stasiun kereta api di Madrid 2004, yang menyebabkan terbunuhnya 191 orang. Tersangkanya adalah Islam radikal.

3. Peringkat 14
Inggris Raya
Total populasi: 58.8 million
Penduduk Muslim: 1,6 juta (2,8%)

Background: UK memiliki sejarah panjang kontak dengan umat Islam, hubungan ini dari Abad Pertengahan dan seterusnya. Pada abad 19 orang-orang Yaman datang untuk bekerja di kapal, membentuk komunitas muslim pertama di Negara itu.Tahun 1960-an, sejumlah besar umat Islam tiba, mereka berasal dari di bekas koloni Inggris yang mendapat tawaran pekerjaan di Inggris.

Di antaranya dari Afrika timur Asia, Asia selatan. Masyarakat muslim juga terbentuk karena lahir di Inggris dan menjadi warga Negara, setidaknya mencapai 50 persen. Komunitas islam lainnya adalah berasal dari Turki, Iran, Irak, Afghanistan, Somalia dan Balkan juga ada. Sensus tahun 2001 menunjukkan sepertiga dari penduduk Muslim berusia di bawah 16 tahun- proporsi tertinggi untuk grup manapun.

Yang menjadi persoalan di sini adalah tingginya tingkat pengangguran, rendahnya tingkat kualifikasi dan rendah kepemilikan rumah. Inggris juga mendukung multikulturalisme, sebuah gagasan yang dianut oleh negara-negara lain yang, secara umum bermakna menerima semua budaya memiliki nilai yang sama dan pemerintah terlibat melindungi kelompok minoritas.

4. Peringkat 13
Swedia
Total populasi: 9 juta
Penduduk Muslim: 300,000 (3%)

Background: populasi Muslim di Negara ini cukup luas - dengan kelompok-kelompok yang signifikan dari Turki, Bosnia, Irak, Iran, Lebanon dan Suriah. Swedia termasuk Negara yang menjunjung multiculturalism. Negara ini menjunjung nilai-nilai toleransi di antara umat serta memberi peluang kepada imigran untuk menjadi warga Negara setelah tinggal berturut-turut selama lima tahun.

Perkembangan populasi Muslim yang signifikan ini juga membuat Negara memberi bantuan dana pada badan perwakilan Negara. Meski Negara berusaha bersikap baik pada golongan minoritas, seperti umumnya Negara-negara Eropa yang memiliki komunitas Islam signifikan, tetap saja muncul kritik perlakuan diskriminatif terhadap umat Islam yang merasa terlalu sering dipersalahkan atas masalah-masalah kemasyarakatan.

5. Peringkat 12
Jerman
Total populasi: 82.5 juta
Penduduk Muslim: 3 juta (3,6%)

Latar Belakang: Sebagian besar penduduk Muslim di negeri ini berasal dari Turki, dan mereka tetap mempertahankan hubungan kuat ke Turki. Juga, orang-orang yang datang dari Bosnia dan Kosovo selama Perang Balkan.
Sampai saat ini umat Islam dianggap "pekerja tamu", yang suatu hari akan meninggalkan negara itu.

Isu kekerasan rasis adalah masalah yang sensitif, dengan pihak berwenang mencoba berbagai strategi untuk mengeliminir hal itu. Berbagai langkah diambil pihak berwenang untuk meningkatkan persatuan.

6. Peringkat 11
Belgia
Total Jumlah penduduk: 10,3 juta
Penduduk Muslim: 0,4 juta (4%)

Background: Islam adalah salah satu dari tujuh agama yang diakui di Belgia. Status ini membuat adanya fasilitas, juga subsidi bagi pengajaran agama tersebut di sekolah-sekolah, termasuk penyediaan guru. Meski begitu tetap saja ada komplain karena dirasakan adanya diskriminasi. Ketegangan ini terjadi karena masalah penggangguran dan kemiskinan.Mayoritas muslim Begia berasal dari Maroko dan Turki, sebagian juga berasal dari Albania. (Menjadi warganega setelah tinggal menetap tujuh tahun).

7. Peringkat 10
Austria
Total populasi: 8.2 juta
Penduduk Muslim: 339,000 (4.1%)

Background: Sejumlah besar Muslim hidup di bawah pemerintahan Austria ketika Bosnia-Hercegovina dianeksasi oleh Austria-Hongaria pada 1908. Banyak dari Muslim Austria memiliki akar di Turki dan orang lain datang dari Balkan selama perang tahun 1990-an - sebagian karena ikatan sejarah.
Sejak lama di Austria, Islam diakui sebagai salah satu agama resmi negara.

Hal ini berarti agama ini juga masuk dalam kurikulum pengejaran di sekolah-sekolah.Wina secara historis dianggap sebagai titik di mana dunia Islam mencapai titik paling barat. Sebuah pertempuran penting di Austria pada abad ke-16 menandai awal kemunduran Turki Ottoman.

8. Peringkat 9

Swiss
Total populasi: 7,4 juta
Populasi Muslim: 310.800 (4,2%)

Background: angka-angka resmi menunjukkan populasi Muslim telah meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi beberapa sumber juga mengatakan ada sekitar 150.000 Muslim di negara itu menetap secara ilegal.

Muslim pertama tiba sebagai pekerja pada 1960-an, sebagian besar dari Turki, bekas Yugoslavia dan Albania. Mereka bergabung dengan keluarga mereka di tahun 1970-an dan, dalam beberapa tahun terakhir, muslim datang dari pencari suaka, di antaranya mendapat kewarganegaraan.

9. Peringkat 8
Denmark
Total populasi: 5,4 juta
Penduduk Muslim: 270,000 (5%)

Latar Belakang: Pada tahun 1970-an Muslim tiba dari Turki, Pakistan, Maroko dan bekas Yugoslavia untuk bekerja. Pada Tahun 1980-an dan 90-an mayoritas penduduk muslim datang dari para pengungsi dan pencari suaka dari Iran, Irak, Somalia dan Bosnia. Kehidupan masyarakat muslim di negeri ini kurang begitu baik, akses perumahan dan pekerjaan telah menjadi sumber keprihatinan bagi Muslim di denmark.

10. Peringkat 7
Belanda
Jumlah penduduk: 16,3 juta
Populasi Muslim: 945.000 atau 5,8%

Latar Belakang: Integrasi Muslim tetap menjadi perhatian pemerintah Belanda, terutama setelah pembuat film kritis Islam dibunuh pada tahun 2004 oleh seorang Islam radikal.

Adanya ketegangan yang disebabkan adanya anggapan dari beberapa pihak bahwa pelaku kejahatan adalah sejumlah pemuda muslim, selain itu ketegangan juga muncul karena masalah pengangguran.

Masuknya muslim, terbesar berasal dari bekas koloni Belanda di Suriname dan Indonesia. Juga, kelompoak Somalia, Turkey and Morocco. Belanda adalah Negara yang mendukung multikulturalisme.

11. Peringkat 6
Prancis
Total populasi: 62.3 juta jiwa
Populasi Muslim: Lima sampai enam juta (8-9,6%)

Background: Prancis merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di Eropa barat. Sekitar 70% dari mereka adalah berasal dari bekas koloni-koloni Prancis di Afrika utara, Aljazair, Maroko dan Tunisia. Prancis membuat pemisahan yang ketat antara agama dan kehidupan publik.
Ada kritik bahwa umat Islam menghadapi pengangguran yang tinggi dan banyak yang tinggal di pinggiran kota miskin.
Adanya larangan bahwa terhadap penggunaan simbol-simbol keagamaan sekolah-sekolah umum, memancing reaksi masyarakat, misalnya, larangan berjilbab di sekolah.

12. Peringkat 5
Serbia dan Montonegro (termasuk Kosovo)
Total populasi: 10.8 juta (termasuk Kosovo)
Penduduk Muslim: Serbia dan Montenegro - 405,000 (5%); Kosovo - sekitar 1,8 juta (90%)

Latar Belakang (termasuk Kosovo): Di Serbia dan Montenegro agama yang dominan Ortodoks Serbia. Islam adalah agama terbesar kedua, dengan perhitungan Muslim sekitar 5% dari populasi, namun di Montenegro sekitar 20%. Komunitas Muslim dianggap sebagai salah satu dari tujuh "tradisional" komunitas-komunitas religius. Agama dan etnis tetap berkaitan erat di seluruh negeri, diskriminasi dan ketegangan dilaporkan terus terjadi.

Kosovo background: Pada akhir 1990-an terjadi konflik yang menghancurkan setelah Pasukan Pembebasan Kosovo, didukung oleh mayoritas etnis Albania - yang kebanyakan adalah Muslim - melakukan pemberontakan terbuka terhadap kekuasaan Serbia. Lalu, Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic melakukan "pembersihan etnis" terhadap penduduk Albania Kosovo.

Akibatnya, ribuan orang mati dan ratusan ribu mengungsi. Begitu parahnya, sehingga NATO pun turun tangan pada Maret dan Juni 1999 dalam ‘peperangan' itu dan mendorong pasukan Serbia dan Kosovo tetap berada di bawah kendali PBB.

Frustasi yang dalam dirasakan komunitas etnis Albania dan kekhawatir akan masa depan minoritas Kosovo. Serangan terhadap etnis minoritas Kosovo oleh Serbia menyebabkan menurunnya populasi mereka dan ini hal yang memprihatinkan.

13. Peringkat 4
Macedonia
Total populasi: 2,1 juta
Penduduk Muslim: 630,000 (30%)

Background: agama terbesar di Makedonia adalah Ortodoks Macedonia, namun hampir sepertiga dari penduduk menyebut dirinya Muslim. Makedonia termasuk Negara yang terhindar dari kekerasan antar-etnis yang menimpa Negara-negara di Balkan menyusul pecahnya Yugoslavia.

Tetapi pada awal tahun 2001 pemberontak melancarkan pemberontakan menuntut hak lebih besar untuk etnik minoritas Albania - sebuah kelompok yang mencakup sebagian besar umat Islam. Upaya tersebut berhasil, dengan dukungan Uni Eropa dan NATO kesepakatan tercapai, memberi mereka hak-hak yang lebih besar, walaupun ada pihak-pihak yang tak menyetujui adanya perubahan itu.

14. Peringkat 3
Bosnia Hercegovina
Total populasi: 3,8 juta
Penduduk Muslim: 1,5 juta (40%)

Latar Belakang: Bosnia-Hercegovina telah pulih dari perang antar-etnis berdarah yang terjadi 1992-95. Sekitar 250.000 orang tewas dalam konflik antara Muslim Bosnia, Kroasia dan Serbia. Hampir 8.000 Muslim Bosnia dibunuh oleh Serbia di Srebrenica pada tahun 1995 - ini merupakan kekejaman terburuk Eropa sejak Perang Dunia II. Akibatnya, banyak umat Islam yang terlantar, begitu pula anggota masyarakat lainnya. Sampai kini pasukan penjaga perdamaian tetap ada di negeri ini.

15. Peringkat 2
Albania
Total populasi: 3,1 juta
Penduduk Muslim: 2,2 juta (70%)

Background: Ibadah agama dilarang di Albania hingga transisi dari negara Stalinis ke demokrasi pada 1990-an. Kini Islam dipeluk oleh hampir sebagian besar penduduknya. Dan, kebanyakan orang Albania adalah Muslim Sunni. Hal ini terkait dengan latar belakar sejarah bangsa tersebut: Balkan selama berabad-abad memiliki hubungan Kekaisaran Ottoman Turki. Ketika sistem kerajaan dihapus, namun budaya telah mengakar di sana. Populasi muslim Albania juga menyebar ke sejumlah negara Eropa lain.

16. Peringkat 1
Turki
Total populasi: 68.7 juta
Penduduk Muslim: 68 juta (99%)

Latar belakang: Meskipun Turki adalah negara sekuler, Islam adalah bagian penting dari kehidupan Turki.
Keinginannya bergabung dengan Uni Eropa sebagai anggota mendapat penentangan dari sejumlah Negara Eropa yang merasas khawatir Negara berpenduduk mayoritas Islam itu tak dapat menyesuaikan diri dengan Negara Eropa lain. Turki menuduh para penentangnya itu sebagai ingin melestarikan ‘klub kristen'.

Lamaran keanggotaan Turki resminya baru dibicarakan Oktober 2005, negosiasi ini diperkirakan akan memakan waktu 10 tahun. Muslim Turki terbesar dari kelompok Sunni, lalu yang cukup signifikan dari Shias.(ardi-lamadi)

Selasa, 01 September 2015

 Tak seperti Indonesia atau Negara mayoritas Islam lain, Masjid-Masjid di Negara barat dilarang keras mengumandangkan azan. Dunia barat sangat menghargai hak individu. Suara lengkingan azan yang dikumandangkan keras melalui speaker, ditakutkan akan menimbulkan kebisingan dan mengganggu ketenangan masyarakat lainnya. Seperti ghalipnya Negara-negara sekuler di barat, Singapura juga memberlakukan aturan yang ketat berkaitan dengan gam kegiatan agama khususnya mengenai azan ini. Banyak wisatawan mislim terutama yang berasal dari Indonesia seringkali mengeluhkan tidak adanya kumandang azan yang bias mereka dengar seperti pertanda masuknya waktu sholat. Kumandang azan sebenarnya tidak benar-benr dilarang di negeri kepala singa ini. Hanya saja, suara azan tidak boleh terdengar sampai keluar Masjid. Saat ini ada sekitar 68 Masjid yang dibangun di negeri yang dijuluki negeri seribu satu larangan itu. Islam, memang agama minoritas di Singapura. Hanya sekitar 15% dari seluruh penduduk Singapura yang berjumlah 4 jutaan memeluk Islam. Muslim diSingapura sebagian berasal dari melayu. Namun dari 68 Masjid tersebut, ternyata ada beberapa Masjid yang tetap mengumandangkan azan melaluli speaker sehingga suaranya terdengar lantang didengar hingga di luar Masjid. Hal itu seperti dituturkan oleh beberapa traveler yang berkunjung di Singapura. Diantara Masjid yang mengumandangkan azan melalui pengeras suara adalah Masjid Abdul Gafoor yang berlokasi di 41 Dunlop St, Little India, Singapore 200369, Masjid Al Falah di kawasan Orchard dan juga Masjid Sultan di kampong Glam. Masjid Sultan di Kampong Glam, memang mendapatkan hak istimewa dari pemerintah Singapura. Masjid Sultan, merupakan Masjid tertua di Singapura yang dibangun oleh Sultan Husaain pada tahun 1924. Di awal pembangunannya, Masjid Sultan masih berbentuk Masjid tradisional nusantara dengan atap limasan bersusun tiga mirip dengan Masjid Agung Demak. Kemiripan itu terjadi, karena Masjid Sultan memang dibangun oleh masyarakat Jawa, Melayu, Bugis yang menetap di Singapura untuk berdagang. Kawasan Kampong Glam sendiri, semula memang merupakan kawasan kawasan pemukiman awal beberapa etnik masyarakat indinesia. Tepat seratus tahun berdirinya Masjid sulatan direnovasi. Selain diperluas agar menampung lebih banyak jama’ah, bektuk arsitektur Masjid juga diubah. Saat ini, Masjid sulatan lebih bergaya Ghotik Mughal, lengkap dengan menaranya. Masjid ini mampumenampung hingga 5.000 jamaah. Masjid Sultan kini telah ditetapkan sebagai monumen Nasional Singapura, sehingga dapat pengawasan ketat dari Negara. Meski demikian, sebagai monument nasional, wisatawan dapat berkunjung ke Masjid Sultan tanpa harus menuggu aktivitas peribadatan. Jadi, bagi wisatawan Muslim yang tengah berkunjung keSingapura dan rindu akan suara azan, langsu saja bergegas menuju Kampong Glam. Sebab kita bias menikmati syahdunya kumandang azan du Masjid Sultan di antara belantara beton nan bisu dan hingar bingar hiburan dari pusat perbelanjaan di Singapura.

Irlandia merupakan sebuah Negara yang teretak di kontinen Eropa. Disbanding Negara-negara lain di benua Eropa, Irlandia tergolong cukup baru mengenal Islam. Diperkirakan Islammasuk kesana baru sekitar abad ke-19 melauli imigran Timur Tengah, Afrika, dan Turki. Tetapi dalam perkembangannya Islam berkembang cukup pesat. Hongga kini, Islamdi Irlandia kini telah menjadi agama dengan penganut terbesar kedua setelah katolik.
Dengan semakin besarnya umat Islam ini membuat kebutuhan masjid dan pusat-pusat kegiatan Islammenjadi keniscayaan. Oleh karena itulah, melalui “Yayasan IslamIrlandia” kini Muslim Irlandia telah dapat merasakan sebuah fasilitas ibadah adan pusat aktifitas atau  kegiatan Muslim yang cukup lengkap dengan berdirinya “Islamic Cultural Centre of Ireland  atau ICCI (Pusat Kebudayaan IslamIrlandia)”. ICCI ini berdiri berkat dukungan dana dari pihak Uni Emirat Arab. Pada tahun 1992 Syeikh Hamadan bin Rashid Al Maktoum Wakil Gubernur Dubai yang juga menjabat sebagai menteri keuangan dan industry Uni Emirat Arab, menyetujui pembangunan komplek aktivitas Islamdi Irlandia. Komplek ICCI ini berada di Conskeagh, selatan Dublin, bersebelahan dengan University College Dublin. Pembangunan proyek ICCI ini dimulai 1994 dengan menelan dana sekitar Rp. 661 miliar lebih, pada 16 Nopember 1996, komplek ICCI ini selesai dan diresmikan oleh Presiden Irlandia.
Disisi lain walaupun dalam inisiasi pembangunannya didominasi kelompok Muslim sunny tetapi dalam perjalanannya ICCI ini telah disepakati bersama oleh dewan imam Irlandia yang terdiri dari sunny dan syiah, sebagai pusat kebudayaan bersama bagi seluruh komunitas Muslim Irlandia. Hal ini tampak dengan dipilih nya ketua dewan imam Irlandia, Imam Husain Halawa, yang juga sebagai imam dari ICCI.
Presiden Irlandia, Michael Daniel Higgins dalam kunjungannya ke ICCI pada 28 Nopember 2012, sangat respect dan menaruh harapan besar kepada ICCI dalam memberikan kontribusi positif terhadap persaudaraan Islamdan intregasi dengan masyarakat irlndia, dengan menyatakan bahwa “pusat kebudayaan Islam Irlandia (ICCI) merupakan symbol penting bagi integrasi dan aktivitas inklusif Muslim Irlandia”. Selanjutnya beliau menambahkan Irlandia dalam beberapa decade terakhir telah menjadi masyarakat yang multi etnik dan multi agama yang telah memilih irihs sebagai warga Negara dan rumah mereka.
Bagi komunitas Muslim peran ICCI ini telah mampu memberikan kontribusi penting dalam proses integrasi tersebut. Saya berharap ICCI dapat berperan sebagai symbol persaudaraan Muslim irish dan symbol integrasi inclusive Muslim Irlandia. “Saya senang keberadaan islami Centre ini, tambah pak Michael. Dia menekankan agar ICCI dapat memiliki peran penting dalm menjaga hubungan positif dalam masyarakat, menanamkan rasa hormat dari kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda, dan kehidupan beragama yang moderat”. Dia juga menekankan, “multi etnik dan agama telah menjadi struktur warga Irlandia baru, dalam membentuk dan menyusun masa depan bersama. Masa depan berbagai budaya dalam masyarakat bias dating bersama-sama dan bekerjasama untuk menawarkan kehidupan yang beragam bagi kepentingan bersama, bukan memaksakan satu budaya atau satu agama terhadap agama dan budaya yang telah ada”, demikian harapan pak Michael.      
  
 

Sebagian besar wilayah Bosnia berhasil dikuasai Turki Usmani pada 1463. Sedangkan Herzegovina ditaklukan sekitar 1480-an. Satu abad kemudian, masih dibawah kekuasaan Turki Usmani banyak etnis Slavia yang memeluk Islam. Pada awal 1600-an diperkirakan 2/3 populasi Bosnia menjadi muslim. Pada 1831 Bosnia dan hezegovina tetap menjadi provinsi turki usmani dan memperoleh otonomi setelah pemberontakan Bosnia pada tahun 1832. Tahun1908 Austri Hungaria secara resmi menganekasi wilayah itu. Bosnia didiami oleh tiga kelompok etnis utama yakni Bosnia, Serbia, dan Krosia. Islam merupakan Negara mayoritas disana (sekitar 3 juta orang) yang umumnya dianut oleh etnis Bosnia. Selain itu penganut Kristen Ortodoks mencapai 31% dan Katholik Roma sekitar 15%. Sebagai kelompok mayoritas, muslim Bosnia sejak lama menjalin hubungan baik dan hidup berdampingan secara damai dengan etnis Serbia yang sebagian besar memeluk Kristen Ortodoks serta etnis Kroasia yang mayoritas penganut Katholik Roma dan Yudaisme (agama bangsa Yahudi).
Sejarah mencatat, selama lebih dari 130 tahun muslim Bosnia hidup rukun dalam system monarki Austria-Hungaria yang menganut Kristen.bahkan warga Austria menyambut baik keramahan dan tradisi islam di Bosnia. Sikap toleran dan cinta damai yang diperlihatkan penduduk Bosnia-Hevegovina membuat pemimpin Yogoslavia.
Muslim Bosnia mengalami masa-masa kelam pada tahun 1992-1995. Mereka megalami pembersihan etnis yang dilakukan Serbia dan kroasia. Diseluruh Bosnia masid secara sisitematis dihancurkan oleh angkatan bersenjata Serbia dan kroasia. Dua masjid kota Benja Luka yang masuk dalam daftar monument budaya dunia UNESCO, yakni masjid Arnujadija dan Ferhadija tak luput dari aksi penghancuran. Peperangan selama tiga tahun itupun berakhir setelah ditandatanganinya perjanjian Dayton pada tahun 1995. Seorang sejarawan Inggris mencatat bahwa perang Bosnia itu telah menewaskan sekitar 2.000.000-an orang mengungsi, puluhan ribu anak perempuan diperkosa, serta lebih dari 3.000 bangunan dan karya arsitektektur bersejarah rusak parah.
Pelahan-lahan Bosnia-Herzegovina bangkit, rekontruksipun dilakukan. Organisasi dan kelompok masyarakat berkerjasama membangun kembali Negara yang luluh lantah akibat kecamuk perang itu. Forum internasional Bosnia di Sarajevo mendirikan pusat dialog bagi kelompok agama yang berbeda, untuk mempererat hubungan. Mennonite internasional organation, aktif kembali membantu membangun rumah warga dan bangunan lain yang rusak serta mengadakan progam pemulihan mental para pemuda. Kini Bosnia benar-benar pulih kebebasan agama dijamin konstitusi, sebagian besar muslimah Bosnia telah leluasa menggunakan jilbab, bahkan Walikota Visoko Amra Babic, merupakan seorang Muslimah yang berjilbab di Eropa.        

Rabu, 06 Mei 2015

Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri.  
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

Senin, 04 Mei 2015

Semakin hari semakin meluas agama Islam, seperti hal menyebarnya agama Islam di benua Eropa. Agama Islam begitu pesat penyebarannya setiap harinya beratus-ratus bahakan lebih banyak lagi orang mengucapkan syahadat.
Perkembangan muslim di Eropa ini taka lepas dari kesadaran beragama yang tumbuh terutama di kalangan mahasiswa. Ubudiyah mereka terus meningkat. Bersama dengan kajian sosiologis dan demografis ini, ia mengingatkan bahwa Eropa, bahwa Eropa bersentuhan dengann Islam tidak baru-baru ini saja, tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.
Secara lebih rinci, pemerintahan Umayyah pernah menorehkan peradapan di Eropa selatan. Berikutnya pada era yang lebih maju, Turki Utsmani (Ottoman) punmelakukan hal yang sama di Eropa Tenggara dan Tenggah. Beberapa wilayah Eropa menjadi bagian dari kekhalifahan Islam terbesar sepanjang masa itu. Hanya, tak banyak pengaruh budaya Islam yang dibawah ke Eropa, kecuali diwilah Konstantinopel yang saat ini negara Turki.
Salah satu pembukaan Islam (fath al-Islam) terbesar sepanjang sejarah, yakni pembukaan Konstantinopel. Sejak itu Turki Utsmani milai merambah ke benua Eropa. Pada abad ke 16, Hungaria di bebaskan oleh Turki Utsmani. Menyusul kemudian, Albania, Bulgaria, Serbia, Makedonia, Rumania, Bosnia, hingga Yunani. Seabad setelahnya, sebagian besar bahkan sudah tunduk. Dengan kekuasaan Turki Utsmani di beberapa wilayah Eropa, menjadi migrasi muslim ke benua biru tersebut. Tak heran jika wilayah-wilayah tersebut dihuni banyak muslim hingga kini. Bulgaria misalnya, negara kecil tersebut berada di bawah kepemimpinan Turki Utsmani. Saat ini populasi muslim disana lebih dari 130 ribu.
Hal serupa juga terjadi di Bosnia, Albania, dan Kosovo. Albania bahakn saat ini memiliki populasi mayoritas muslim, padahal sebelumnya negara ini menganut Katolik Roma dan Kristen. Jika di hitung secara umum, wilayah  Eropa yang banyak memiliki populasi muslim, yankni Eropa Timur dan Tengah. Sementara di Eropa Barat sebagian muslim merupakan imigran yang relatif baru atau para anak-anak imigran dari Turki, Afrika Utara, dan Asia Selatan.
Negara-negara yang pernah dijajah Islam tersebut tak banyak memiliki populasi muslim yang besar. Namun sebagian negara memiliki muslim sebagai etnis mayoritas. Beberapa negara yang memiliki konsenterasi tinggi muslim tersebut, yakni Kosovo dengan 90 % populasinya merupakan muslim. Bosnia-Herzegovina 40 % dan Republik Makedonia memiliki 33 %. Adapun yunani hanya sekitar tiga % muslim. Sementara Spanyol hanya sekitar 1% muslim. 
      



Unordered List

Google Translate

English French German Spain Italian Dutch

Portuguese Russian Chinese Simplified Japanese Korean Arabic
Translate Widget by Google

Social

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Business

Popular Posts

Text Widget