Pengaruh Musikalitas Islamy pada Musik Blues

Barangkali tidak berlebihan bila dikatakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan musik blues. Setidaknya bagi penikmat genre musik itu. Apalagi sudah cukp sering diadakan konser-konser besar di sejumlah kota-kota besar di Negeri ini, baik dalam Negeri maupun luar Negeri. Tetapi tidak banyak oran yang tahu bahwa musik ini dialiri misikalitas islamy.

Konon, musik ini berasal dari musik spiritual dan pujian yang berkembang dikalangan budak-budak Afrika di Amerika Serikat(AS). Penelusuran sejarah menunjukkan bahwa akar musik blues ternyata berasal dan dipengaruhi oleh seni musik islam yang dibawah oleh komunitas kulit hitam Afrika kenegeri paman Sam itu. Sebagaima ditegaskan oleh seorang penulis, ilmuan, sekaligus peneliti dari Schomburg Centre For Research in Black Culture di New York. Sylviane Diouf, yang menyatakan bahwa “blues memliki relasi dengan tradisi masyarakat muslim di Afrika Barat”.

Untuk membuka keterkaitan musik blues dengan tradisi musik muslim dihadapan audience disebuah ruangan Harvard University, Diouf memutarkan dua rekaman. Rekaman pertama yang diperdengarkan adalah lantunan suara adzan.  Sebagai pembanding, dia kemudian memutarkan lagu Levee Camp Holler (LCH). Public yang mencermati LCH itu, sebuah lagu blues yang termasuk lagu yang amat lawas, karena muncul pertama kali di Delta Mississippi sekitar 100 tahun lalu. LCH bukanlah lagu blues yang terbilang biasa. Lagu itu diciptakan seorang komunis hitam asal Afrika Barat yang bekerja di Amerika paska perang sipil. Setelah mendengarkan rekaman itu, merekapun menyadari bahwa lagu LCH terdengar seperti lantunan adzan. Menurut Diouf, ini merupakan bukti bahwa ada pertautan antara keduanya. “public yang hadir diruangan itupun takjup dengan bukti yang diungkapkan Diouf. Tepuk tanganpun bergemuruh, sebab hubungan antara musik blues Amerika Serikat dengan seni musik muslim jelas-jelas terbukti”. Bukti keterkaitan itu juga dibeberkan oleh seorang jurnalis sekaligus peneliti budaya islam, Jonathan Curiel. Dalam tulisannya bertaju “Muslim Roots, US Blues”, dia menyatakan, “pubik Amerika perlu berterimah kasi kepada Afrika Barat yang tinggal di Amerika, sebab mereka ikut memberikan warna dan cirri khas  pada seni budaya Amerika”.dalm risetnya Curiel juga menemukan keterkaitan lahirnya Blues ditanah Amerika dengan muslis Afrika Barat pada sekitar tahun 1600-an hingga pertengahan 1800-an M. saat itu banyak penduduk kulit hitam dari Afrika Barat yang dibawah paksa ke Amerika dan dijadikan budak. Menurut para sejarawan, 30 persen dari budak-budak itu muslim.

Dari komponen alat musikpun memperkuat seluruh argument tadi.pada era perbudakan di Amerika tadi, orang kulit putih melarang para budak menabuh “drum”, karena khawatir akan menumbuhkan semangat mereka. Namun, penggunan alat musik gesek yang biasa dimainkan oleh umat islam dari Afirika masih diizinkan karena dianggap mirip biola.

Guru besar ethnomusikologi dari University Mainz Jerman, Prof. Gehard Kubik, mendukung keterangan itu dengan menyatakan bahwa “alat musik banjo Amerika sejatinya berasal dari Afrika”. Bahkan secara khusus, Kubik menulis sebuah buku tentang keterkaitan musik blues dengan peradaban islam di Afrika Barat. Judul buku itu adalah “Afrika and the Blues” (University of Mississippi,1999). “saya yakin banyak penyanyi Blues saat ini yang tak menyadari bahwa pola music mereka telah meniru tradisi music kaum Muslim di Arab”. Ujarnya. Riset yang dilakuakan Prof. Kubik juga membuktikan bahwa, gaya vokal sebagian besar penyanyi Blues yang menggunakan “melisma” ataupun “intonasi bergelombang” , ternyata berasal dari Afrika Barat juga.

Gaya vokal seperti itu menurut Kubik, merupakan peninggalan masyarakat Afrika Barat yang telah melakukan kontak dengan dunia islam sejak abad ke 17 M. melisma adalah istilah untuk menyebut penggunaan banyak nada dalam satu suku kata. Sedangkan intonasi bergelombang, meupakan rentetan nada yang beralih dari skala mayor keminor lau kembali lagi. Hal itu sangat umum digunakan ketika kaum muslim melantunkan adzan dan membaca Al-Qur’an.fakta itu tak diragukan lagi merupakan bukti bahwa blues berakar dari tradisi islam yangberkembang dari Afrika Barat.

Bahwa lantunan suara adzan dan ayat-ayat suci Al-Qur’an, memiliki musikalitas tinggi dengan menggunaka melisma dan intonasi bergelombang, juga telah dubuktikan oleh Barry Daniellan, peniup terompet yang kerap tampil bersama seniman blues Amerika ternama seperti Paul, Simon, atau dengan Natalie Cole. Dia mengaku telah lama mengamati suara adzan dan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang biasa dilantunkan oleh para muslim kulit hitam  Amerika, dengan cara sengaja mengukuti sejumlah pengajian islam di Jersey City.